HIKAM 40 حسن الظن بالله
“Apabila engkau
belum sanggup berbaik sangka kepada Allah lantaran kesempurnaan sifat-sifatNya,
maka berbaik sangkalah karena pertemanan-Nya bersamamu. Bukankah Dia selalu
memberimu sesuatu yang baik-baik? Dan bukankah Dia senantiasa memberimu segala
kenikmatan?
hadits Nabi
Muhammad yang menyatakan bahwa baiknya prasangka kita kepada Allah adalah
termasuk baiknya ibadah kita kepadaNya. Bunyi haditsnya seperti ini:
«إن حسن الظن بالله تعالى من حسن العبادة» رواه أبو داود
والترمذي
hadits lainnya
yang menyatakan bahwa Allah adalah mengikuti apa yang diperaangkakan hambaNya
kepadaNya. Jika seorang hamba berprasangka baik, maka kebaikan akan diberikan
kepadanya. Jika berprasangka jelek, maka nasib jelek akan ditimpakan kepadanya.
Bunyi haditsnya seperti ini:
«إن الله عز وجل قال: أنا عند ظن عبدي بي، إنْ ظن بي خيراً فله،
وإن ظن شراً فله».
حسن الظن بالله هو اعتقادك انه لا يريدبك الا خيرا
Penjabaran
ringkas dari hikmah 40 ini adalah, berkenaan dengan berbaik sangka kepada
Allah, ada 2 tipe orang sbb:
Pertama, orang yang langsung khusnu-zhan (berbaik sangka) kepada Allah
bersebab ia tahu akan sifat-sifat Allah yang indah. Ia tahu bahwa Allah Maha
Pengasih, Penyayang, Pemberi nikmat, Pengampun, Maha Baik, Maha Suci, Maha
Indah, Maha Bijaksana, dst
Pengetahuan itu
langsung masuk ke dalam hatinya, diimaninya, dan meresap ke dalam sanubarinya.
Karena itu, tipe orang ini langsung berbaik sangka kepada Allah tanpa menunggu
Allah melimpahkan kebaikan secara riil kepadanya. Ia beriman bahwa Allah Maha
Pemurah, maka ia berbaik sangka kepada Allah, meski ia masih belum dikaruniai
kekayaan materi olehNya. Ia beriman dan yakin bahwa Allah Maha bijaksana, maka
ia berbaik sangka kepada Allah, meski kini ia masih diliputi banyak kesulitan,
dst
Kedua, tipe orang yang tak bisa berbaik sangka kepada Allah, hingga ia
melihat bukti nyata kebaikan Allah padanya. Ia mungkin tahu bahwa Allah Maha
Pemurah, Penyayang, Bijaksana, Pengampun, dst
Tapi tipe orang
ini tak bisa berbaik sangka kepada Allah hingga ia benar- benar mendapatkan
rezeki. Tipe orang ini tak bisa berbaik sangka kepada Allah kecuali jika ia
benar- benar bisa lepas dari kesulitan yang dihadapi, dst
Ibnu Athaillah
mengatakan: berbaik sangkalah kepada Allah, baik sebagai tipe orang pertama
maupun yang kedua. Jika Anda tak bisa berbaik sangka kepada Allah dengan tipe
yang pertama, maka berbaik sangkalah kepada Allah dengan tipe yang kedua
Dan, jika Anda
adalah tipe orang kedua, maka setelah Anda merenung, Anda akan dapati
kenyataan Bahwa bukankah Allah selalu mencurahkan anugerahNya kepada
Anda? Bukankah nikmat Allah tak henti-henti terlimpahkan kepada Anda?
Alhasil, meski
Anda tipe orang kedua, setelah memikirkan perlakuan baik Allah, Anda tak punya
pilihan selain berbaik sangka kepadaNya. Bagaimana tidak? Sedang curahan nikmat
terkecil-Nya pun tak mampu kita hitung? Bagaimana kita tak berbaik sangka
kepadaNya?
Tak ada satu
makhluk pun yang mampu menghitung nikmatNya, apalagi membalas nikmat-nikmat
itu. Jika kita memahami semua ini, mungkinkah kita berpikir buruk tentang
Allah? Mungkinkah terbersit Allah merencanakan keburukan pada kita?
Tidak. Sekali
lagi tidak. Maka dari sini kita akan sadar, bahwa segala apa yang diperintah
dan dilarangnya, adalah untuk kebaikan kita. Kita jadi sadar bahwa syariat
Islam diturunkan untuk kemaslahatan umat manusia, maslahat dunia-akhirat.
Pada akhirnya,
kita akan taat syariat, karena sudah yakin bahwa manfaatnya akan kembali kepada
kita, baik sekarang atau nanti.
Komentar
Posting Komentar